Menurut Hadits Qudsi :
“Yaquwlu Allahu Ta’alaa Limalaa ‘Ikatihii : In Tholiquw Liyaa
‘Abdii Fashubbuw ‘Alayhil Balaa’a Shobba Fa Inni Uhibbu An Asma’a Showtaru.”
Terjemahannya : Allah berfirman kepada
Malaikat-Nya : “Pergilah kepada hamba-Ku। Lalu timpakanlah
bermacam-macam ujian kepadanya karena Aku hendak mendengar suaranya.” ( HQR Thabarani yang bersumber dari Abu Umamah
r.a. )
Berdasarkan Hadits Qudsi tersebut, Allah Ta’ala telah
memerintahkan kepada para malaikat-Nya, yang tidak pernah durhaka dan selalu
melaksanakan perintah-Nya, untuk melakukan berbagai ujian dan cobaan kepada
hamba-hamba-Nya, dengan salah satu tujuan yaitu : terdengar suara hamba-Nya
yang sedang diuji tersebut। Allah Maha Mengetahui apa yang tersembunyi
dan yang tergores dalam hati hamba-hamba-Nya.
Hidup ini tidak akan pernah sunyi akan : senang dan susah….atau
suka dan duka. Keduanya berjalan silih berganti, sebagai sebuah sunatullah….ketetapan-Nya. Hidup ini penuh dengan cobaan, karena segala
sesuatu jika tidak diuji, tidak pula nampak keasliannya. Seorang pelajar
….untuk bisa dikatakan naik tingkat, dia harus menjalani ujian terlebih dahulu.
Seorang Karyawan pun demikian pula, bila akan naik pangkat. Para pedagang pun
akan menguji barang dagangannya untuk mengetahui keasliannya, supaya dia tidak
tertipu. Bukankah demikian ? Kenapa untuk urusan duniawiah kita tidak protes ?
Tidak unjuk rasa ? Tapi tatkala ujian datang dari Allah …kita menggerutu….buruk
sangka kepada-Nya? Astaghfirullahal’adzim……marilah kita perbanyak istighfar wahai Saudara-Saudara ku.
Firman Allah dalam surat Al Ankabut (29) : 2-3 :
أَحَسِبَ النَّاسُ أَن يُتْرَكُوا أَن يَقُولُوا آمَنَّا وَهُمْ
لَا يُفْتَنُونَ
Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja)
mengatakan : "Kami telah beriman", sedang mereka tidak diuji lagi?
وَلَقَدْ فَتَنَّا الَّذِينَ مِن قَبْلِهِمْ فَلَيَعْلَمَنَّ
اللَّهُ الَّذِينَ صَدَقُوا وَلَيَعْلَمَنَّ الْكَاذِبِينَ
Dan sesungguhnya kami telah menguji orang-orang yang sebelum mereka,
maka sesungguhnya Allah mengetahui orang-orang yang benar dan sesungguhnya Dia
mengetahui orang-orang yang dusta.
Marilah kita simak dan hayati pula Firman Allah dalam Surat Al-Kahfi (18) : 7-8 :
إِنَّا جَعَلْنَا مَا عَلَى الْأَرْضِ زِينَةً لَّهَا لِنَبْلُوَهُمْ
أَيُّهُمْ أَحْسَنُ عَمَلاً
Sesungguhnya Kami telah menjadikan apa yang di bumi sebagai
perhiasan baginya, agar Kami menguji mereka siapakah di antara mereka yang
terbaik perbuatannya.
وَإِنَّا لَجَاعِلُونَ مَا عَلَيْهَا صَعِيداً جُرُزاً
Dan sesungguhnya Kami benar-benar akan menjadikan (pula) apa
yang di atasnya menjadi tanah rata lagi tandus.
Ujian tidak hanya berupa kesusahan, kesulitan, dan kesakitan
saja, akan tetapi dapat pula berbentuk kesenangan, seperti : kedudukan, harta,
dsb। Sebagaimana Firman Allah dalam Surat Al Anbiyaa (21) : 35 :
كُلُّ نَفْسٍ ذَائِقَةُ الْمَوْتِ وَنَبْلُوكُم بِالشَّرِّ
وَالْخَيْرِ فِتْنَةً وَإِلَيْنَا تُرْجَعُونَ
Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Kami akan menguji
kamu dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan (yang sebenar-benarnya). Dan
hanya kepada Kamilah kamu dikembalikan.
Kekayaan, harta, pangkat, kemegahan, kekuasaan adalah ujian
terberat bagi seorang manusia, apabila dia sadar dan mengetahuinya Hal itu pun
merujuk pada firman Allah Ta’ala dalam Surat Al ‘Alaq (96) : 6-8 :
كَلَّا إِنَّ الْإِنسَانَ لَيَطْغَى Ketahuilah! Sesungguhnya manusia benar-benar melampaui batas,
أَن رَّآهُ اسْتَغْنَى karena dia melihat dirinya serba cukup.
إِنَّ إِلَى رَبِّكَ الرُّجْعَى Sesungguhnya hanya kepada Tuhanmulah kembali(mu).
Rasulullah SAW pernah pula bersabda :
“ Wa Allahi Maal Faqru Akhsyaa ‘Alaykum Walaakinni Akhsya An
Tubsathaad Dunyaa ‘Alaykum Kamaa Busithot ‘Ala Man Kaana Qoblakum, Fanunaa
Fisuwhaa, Kamaa Tanaa Fasuwhaa Fatahlikakum Kamaa Ahlakathum.”Terjemahannya :
Demi Allah, bukanlah kefakiran atau kemiskinan yang aku
khawatirkan atas kalian, akan tetapi justru aku kuatir ( kalau-kalau) kemewahan
dunia yang kalian dapatkan sebagaimana yang telah diberikan kepada orang-orang
sebelum kalian, lalu kalian bergelimang dalam kemewahan itu sehingga binasa,
sebagaimana mereka bergelimang dan binasa pula ( HR. Bukhari )
Ujian dan Cobaan dari Allah itu bermacam-macam dan
bertingkat-tingkat pula Ada ujian yang menimpa tubuh (kesehatan),
anak (kenakalan), harta kekayaan (miskin atau kaya), kekuasaan ( diberi amanat
atau dikhianati), jabatan (promosi atau degradasi), aqidah (murtad atau
mu’allaf), dsb. Demikian pula perintah dan larangan dalam Agama Islam sendiri
termasuk juga sebuah ujian dan cobaan. Sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa
‘Agama adalah Ujian dan Cobaan’.
Pada bagian terdahulu telah kita bahas tentang ujian yang
terberat yang menimpa seorang manusia adalah kesenangan dan kemewahan dunia। Pada bagian ini akan kita bahas ujian yang teringan yang akan
menimpa manusia.
Ujian teringan adalah yang menimpa pada tubuh (mis। penyakit, kecelakaan, dll). Ujian pada tubuh ini mempunyai
tujuan untuk menguji kesabaran, kerelaan dalam menerima qodlo’ dan qodar dari
Allah Ta’ala. Jika memang lulus, dengan indikator : sabar, msks ditetapkan-Nya
lah pahala dan dihapuskan dari sebagian dosa atau pun diangkat derajatnya,
hingga ujian itu menjadi sebuah rasa nikmat baginya.
Sebagaimana Hadits Rasulullah SAW berikut :
“Maa Min Muslimin Yushiybuhu Aza, Syaw Katun Famaa Fawqohaa Illaa
Kaffaro Allahu Bihaa Sayyi’aa Nihi, Wa Huththon ‘Anhu Dzunuubuhu Kamaa
Tahuththusy Syajarotu Wa Ro Fahaa.”, terjemahannya :
Tidak ada seorang Muslim pun yang ditimpa gangguan semacam
tusukan duri atau yang lebih berat daripadanya melainkan dengan ujian itu
dihapuskan Allah perbuatan buruknya serta digugurkan dosa-dosanya sebagaimana
pohon kayu yang menggugurkan daun-daunnya.
(HR. Muttafaq’alaih)
“ Maa Yazaalul Balaa’u Bil Mu’mini Wal Mu’minati Fiy Nafsihi
Wamaalihi Wa Waladihi Hatta Balqo Allaha Wamaa ‘Alayhi Khothiy’at.” Terjemahannya :
Ujian yang tiada henti-hentinya menimpa Kaum Mu’minin pria atau
pun wanita, yang mengenai dirinya, hartanya, anaknya, tetapi ia tetap sabar, ia
akan menemui Allah dalam keadaan tiada berdosa. (HR. Turmudzi)
“Maa Yushiybu Min Nashobin Walaa Hamin Walaa Hazhanin Walaa
‘Adzan Walaa Ghomin, Hattasy Syawkati Yusyaa Kuhaa Illaa Kaffaro-Allahu Bihaa
Min Khothooyaahu.” Terjemahannya :
Tidak ada mushibat yang menimpa seperti keletihan, kelesuan,
sakit, duka, susah atau gangguan sekedar tusukan duri sekalipun, melainkan
dihapuskan oleh Allah sebagian dari dosanya.
(HR. Bukhori dan Muslim )
“Inna Likulli Ummatin Fitnatan, Wa Fitnatu Ummatiyl Maalu”, terjemahannya :Sesungguhnya bagi setiap
umat ada ujian, dan ujian bagi umatku ialah harta kekayaan. (HR Turmudzi)
Dalam sebuah Hadits Qudsi dikemukakan :
“Ibnaa Aadama, ‘Indaka Maa Yakfiyka, Wa Anta Tathlubu Maa
Yuthghiyka. Ibna Aadama, Laa Bi Qoliylin Taqna’u, Wa Laa Bikatsiyrin Tasyba’u.
Ibna Aadama, Idzaa Ashbahta Mu’aafa Fiy Jasadika, Aamina Fiy Sirbika, ‘Indaka
Quwtu Yawmika, Fa’alaad Dunyaal ‘Afaa’u.” terjemahannya :
Wahai Anak Adam ! Padamu telah ada kecukupan, namun engkau masih
saja mencari-cari apa yang nantinya akan menjadikan engkau melampaui batas.
Wahai Anak Adam ! Engkau ini tidak puas dengan yang sedikit dan tidak kenyang
dengan yang banyak. Wahai Anak Adam ! Apabila pagi-pagi jasadmu telah diberi
sehat dan afiat, merasa aman dalam lingkungannya dan mamiliki makanan untuk
hari itu, tak perlu kau pedulikan lagi apa yang terjadi terhadap du
Ujian berupa cinta akan melampiaskan hafa nafsunya dan dalam
rangka fitrah manusia melanjutkan keturunannya, dapat kita pelajari dari firman
Allah Ta’ala :
زُيِّنَ لِلنَّاسِ حُبُّ الشَّهَوَاتِ مِنَ النِّسَاء وَالْبَنِينَ
وَالْقَنَاطِيرِ الْمُقَنطَرَةِ مِنَ الذَّهَبِ وَالْفِضَّةِ وَالْخَيْلِ
الْمُسَوَّمَةِ وَالأَنْعَامِ وَالْحَرْثِ ذَلِكَ مَتَاعُ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا
وَاللّهُ عِندَهُ حُسْنُ الْمَآبِ
Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada
apa-apa yang diingini, yaitu: wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari
jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak [l86] dan sawah
ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia, dan di sisi Allah-lah tempat kembali
yang baik (surga).
Dalam kisah para Nabi dilukiskan bahwa Nabi Ibrohim a।s. mendapatkan ujian untuk menyembelih anak kandungya sendiri
(beliau Nabi Isma’il a.s). Berkat kepatuhan, ketaatan, dan keimanannya kepada
Allah Ta’ala, beliau Nabi Ibrohim a.s. lulus dari ujian tersebut, sehingga nabi
Isma’il selamat dari pisau ayahnya sendiri dan digantikan oleh Allah Ta’ala
dengan biri-biri sebagai korban yang sebenar-benarnya. Disamping itu kita
ketahui bersama, dan sejarah pun membuktikan, betapa karunia yang diberikan
kepada Allah Ta’ala sungguh sangat besar dan luar biasa kepada beliau, dimana
anak keturunan beliau banyak yang menjadi Nabi dan Rasul, sehingga beliau
dijuluki sebagai Bapak Nabi. Sungguh kenikmatan dunia dan akhirat yang sangat
besar, dan merupakan cita-cita setiap orang yang beriman di dunia ini.
Demikian pula, ujian berat bagi kaum laki-laki adalah ujian kaum
perempuan, ujian si rambut panjang, sebagaimana Hadits Nabi SAW berikut :
“Maa Taroktu Ba’diy Fitnatan Adhorro ‘Alar Rijaali Minan
Nisaa’i.” terjemahannya :
Sepeninggalku tiadalah ujian yang lebih berbahaya bagi kaum
lelaki kecuali godaan kaum perempuan. (HR. Bukhori)
Adapun ujian yang
menyebabkan manusia mudah tergelincir adalah ujian mengenai AQIDAH dan Agama। Banyak orang yang mengaku Muslim, Beriman, termasuk pula …॥ maaf : Alim ‘Ulama didalamnya, setelah diuji Iman dan Agamanya
oleh Allah SWT dengan berbagai cobaan, ternyata lemah dan terjerumus dalam
lembah syahwat serta keinginannya menjadi sesat.
Marilah kita renungkan dan pahami bersama ayat-ayat-Nya yang
tedapat pada SuratAl Ankabut (29) : 10 – 11 sebagaimana berikut :
مِنَ النَّاسِ مَن يَقُولُ آمَنَّا بِاللَّهِ فَإِذَا أُوذِيَ فِي
اللَّهِ جَعَلَ فِتْنَةَ النَّاسِ كَعَذَابِ اللَّهِ وَلَئِن جَاء نَصْرٌ مِّن
رَّبِّكَ لَيَقُولُنَّ إِنَّا كُنَّا مَعَكُمْ أَوَلَيْسَ اللَّهُ بِأَعْلَمَ
بِمَا فِي صُدُورِ الْعَالَمِينَ
Dan di antara manusia ada orang yang berkata: "Kami beriman
kepada Allah", maka apabila ia disakiti (karena ia beriman) kepada Allah,
ia menganggap fitnah manusia itu sebagai azab Allah . Dan sungguh jika datang
pertolongan dari Tuhanmu, mereka pasti akan berkata: "Sesungguhnya kami
adalah besertamu". Bukankah Allah lebih mengetahui apa yang ada dalam dada
semua manusia?
وَلَيَعْلَمَنَّ اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا وَلَيَعْلَمَنَّ
الْمُنَافِقِينَ Dan sesungguhnya Allah
benar-benar mengetahui orang-orang yang beriman: dan sesungguhnya Dia
mengetahui orang-orang yang munafik.
Dijelaskan pula dalam Hadits Rasulullah SAW sebagai berikut :
“ Asyaddunnaasi Balaa’al Anbiyaa’u Tsummal Amtsalu Faal
Amtsalu.Yubtalar Rojulu ‘Alaa Hasabi Diynihi. Fa Inkaana Syadiyda Fiy Diynihi
Shulbasytada Balaa’uhu Wa Inkaana Fiy Diynihi Riqqotub Talaahu-Allahu ‘Alaa
Hasabi Diynihi, Famaa Yab Rohul Balaa’u Bil ‘Abdi Hatta Bayrukahu Yamsyiy
‘Alaal Ardhi Wa Laysa ‘Alayhi Khothiy’atun.
” Terjemahannya :
(Tingkat berat ringannya ujian disesuaikan dengan kedudukan
manusia itu sendiri)। Orang yang sangat banyak mendapat ujian itu
adalah para Nabi, kemudian baru orang-orang yang lebih dekat derajatnya kepada
mereka berurutan secara bertingkat. Orang diuji menurut tingkat ketaatannya
kepada Agama. Jika ia sangat kukuh dan kuat dalam agamanya, sangat kuat pula
ujian kepadanya dan jika lemah agamanya, diuji pula oleh Allah sesuai dengan
tingkat ketaatan kepada agamanya. Demikianlah bala dan ujian itu senantiasa
ditimpakan kepada seorang hamba sampai ia dibiarkan berjalan dimuka bumi tanpa
dosa apa pun. (HR. Turmudzi)
Dari keterangan
tersebut dapat kita tarik kesimpulan bahwa bala’, ujian, dan cobaan kepada
seorang hamba Allah adalah bertujuan :
1. Membersihkan dan memilih serta menggolongkan tingkat
kesabaran, keimanan, ketaatan, atau
bahkan kemunafikan seseorang.
2. Bila kita dapat lulus dari ujian tersebut, dapat mengkangkat
derajat dan menghapuskan dosa serta
kekhilafan yang pernah kita lakukan.
3. Mambentuk dan menempa kepribadian seorang Mukmin, agar
menjadi pribadi yang benar-benar
tahan ujian serta melahirkan umat yang
memiliki budi pekerti luhur.
4. Latihan dan pembiasaan sehingga setiap manusia yang diuji dan
dicoba akan bertambah sabar,
kuat cita-citanya dan tetap pendiriannya. (Ringkasan tulisan M Ali As-Shabuni, Rabithah
Alam Islami No. 4 tahun IV Bulan September 1966)
Sebagai penutup
marilah kita senantiasa mengingat, merenungkan, dan mengamalkan ayat-ayat-Nya
yang berbunyi dalam Surat Ash-Sharh (94) :
بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيمِ
Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang.
أَلَمْ نَشْرَحْ لَكَ صَدْرَكَ
Bukankah Kami telah melapangkan untukmu dadamu?,
وَوَضَعْنَا عَنكَ وِزْرَكَ
dan Kami telah menghilangkan daripadamu bebanmu,
الَّذِي أَنقَضَ ظَهْرَكَ
yang memberatkan punggungmu ?
وَرَفَعْنَا لَكَ ذِكْرَكَ
Dan Kami tinggikan bagimu sebutan (nama)mu ,
فَإِنَّ مَعَ الْعُسْرِ يُسْراً
Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan,
إِنَّ مَعَ الْعُسْرِ يُسْراً
sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan.
فَإِذَا فَرَغْتَ فَانصَبْ
Maka apabila kamu telah selesai (dari sesuatu urusan),
kerjakanlah dengan sungguh-sungguh (urusan) yang lain ,
وَإِلَى رَبِّكَ فَارْغَبْ dan hanya kepada Tuhanmulah hendaknya kamu berharap.
Maha Benar Allah dengan segala macam firman-Nya